Sebuah nasihat untuk diri sendiri
Rasulullah صلى الله عليه وسلم telah memerintahkan orang Mukmin agar bersungguh-sungguh dalam melakukan apa-apa yang bermanfaat baginya dan agar menjadikan Allah sebagai pelindung.
Hal ini sejalan dengan firman-Nya,
فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ
“Maka sembahlah Dia, dan bertawakallah kepada-Nya.” (Huud: 123)
Sesungguhnya berupaya sekuat tenaga untuk mendapatkan hal-hal yang bermanfaat bagi hamba merupakan bentuk ketaatan kepada Allah dan bentuk peribadahan kepada-Nya. Karena yang dapat memberikan manfaat kepadanya adalah ketaatan kepada Allah. Tiada sesuatupun yang lebih bermanfaat baginya daripada hal tersebut. Jadi, segala sesuatu yang dapat dijadikan sarana untuk menjalankan ketaatan, hal itu merupakan bentuk ketaatan pula. Kendati hal itu adalah suatu perkara yang mubah.
Rasulullah berkata kepada Sa’ad,
وَ لَسْتَ تُنْفِقُ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى الْلُقْمَة تَجْعَلُهَا فِي فِيِّ امْرَأَتِكَ
“Tidaklah engkau menafkahkan satu nafkah yang dengannya engkau mengharap wajah Allah kecuali engkau akan diberi pahala dengannya sampaipun satu suapan yang engkau berikan ke mulut istrimu.” (HR Bukhari, 56)
Rasululloh صلى الله عليه وسلم telah mengkabarkan bahwa Allah mencela al-ajzu (bermalas-malasan), yang merupakan lawan dari al-kais (rajin semangat).
Karena sifat al-ajzu artinya tidak menjalankan apa-apa yang diperintahkan sebagaimana mestinya, karena hal itu akan menafikan kesanggupan untuk melakukan suatu amalan. Sesungguhnya kesanggupan akan melahiran amalan dan yang menjadi pengiring amalan tersebut.
Isti’anah kepada Allah, bertawakkal, dan berdoa kepada-Nya merupakan perkara-perkara yang bisa menjadikan seseorang menjadi kuat serta meringankan masalah-masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu sebagian salafush shalih mengatakan, “Barangsiapa ingin menjadi manusia yang paling tegar (kuat) hendaknya ia bertawakkal kepada Allah.”
Oleh karena itu diriwayatkan pula bahwa para malaikat yang menjunjung ‘Arsy, mereka mampu untuk menjunjungnya karena mereka mengucapkan
“ﻻ حول وﻻ قوة إﻻ بالله”.
Allah berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (ath-Thalaaq: 3)
Dan Allah berfirman,
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Ali Imran: 173)
🍃[Disalin dari kitab at-Tuhfah al-‘Iraqiyyah fii al-A’maal al-Qalbiyyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Edisi Indonesia Amalan-Amalan Hati dan Jenisnya]
🍃Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc
Leave a Reply